Cinta tidak butuh melihat, cinta tidak butuh mendengar

Satu senja di taman kota, karena tak ada kegiatan saya coba iseng duduk di bangku taman. Hmm, taman ini sama saja.... sejak dulu gak berubah, cuma ada penambahan bangku bangku taman baru, termasuk yang saya duduki saat ini.

Yang menarik dari posisi saya duduk adalah, di sebrang saya ada sepasang suami istri (ini asumsi saya saja.... karena terlihat mereka duduk bergandengan tangan) juga sedang duduk di bangku taman. Umur kira2 sama sama 40an lah ya... si bapak pakai baju batik, celana bahan hitam, memakai sendal jepit, kopiah hitam, dan berkacamata hitam. Si ibu memakai kebaya terusan, kerudungan khas ibu ibu pengajian. Tampak erat menggenggam tangan si bapak. Saya tersenyum ke mereka, hanya si ibu yang membalas.

Lama saya perhatikan, ternyata si bapak memegang kertas dan pensil, dia menulis lalu dikasih ke ibu... ibu membacanya. ibu membalas dengan berbicara ke bapak. Kadang2 si ibu tersipu sipu, tersenyum, atau kadang marah marah.. si bapak sendiri hanya lebih banyak tersenyum.


Saya heran, mengapa seperti itu... akhirnya pada suatu kesimpulan saya sendiri... "ahhh, pasangan ini luar biasa..." Si bapak tuna netra, si ibu tuli... (maaf)
Perpaduan yang tepat untuk dikatakan cinta.... si bapak bisa melihat dunia dari mata si ibu, si ibu bisa mendengar dari telinga sang bapak. Mungkin itu lah mengapa si bapak tidak butuh tongkat, sama halnya si ibu tidak butuh lagi alat bantu dengar...

Akh....apa yang saya lihat benar benar ketakjuban.... Saya beranjak pergi, dengan "pamit" kepada mereka dengan senyum dan agak membungkukkan badan, kembali si ibu hanya tersenyum dan sedikit mengangguk. Biarlah mereka berada dalam "dunia" mereka tanpa harus ada saya di dalamnya...







p.s.: Sekarang taman Monas apa kabarnya ?